June 17, 2010

Mimpi Kita Dalam Memerangi Pornografi

| June 17, 2010
Peredaran video porno mirip Ariel Peterpan, Luna Maya, dan Cut Tari membuat bangsa ini sibuk. Lebih dari sepekan masalah gambar syahwat dibicarakan khalayak dan menjadi pemberitaan media massa, baik cetak maupun elektronik. Mabes Polri pun harus bekerja maraton, memeriksa para artis yang diduga bermain dalam video itu, sekaligus memburu orang yang pertama kali mengedarkan. Seperti tak mau ketinggalan, sejumlah kepala daerah juga berlomba menciptakan citra bersih; mereka tak ingin wilayah dicorengi dengan beredarnya video porno. Semua harus bersih. Clean.

Tentu bukan perkara gampang memberangus
pornografi. Terlebih, banyak sekali pilihan beraroma porno di sekeliling kita. Celakanya, semua itu mudah untuk diakses. Semuanya juga dengan gampang masuk ke wilayah yang amat privasi. Ada bacaan, tontonan, sampai gambar telanjang di situs internet. "Sekarang saja ada delapan juta situs porno yang bisa diklik siapa saja di dunia ini," kata Onno W. Purbo, pakar teknologi informasi, Rabu (16/6), di Jakarta.

Delapan juta situs porno? Itulah faktanya. Bahkan, kata Onno, saat ini ada satu miliar halaman porno di internet yang bisa dikunjungi oleh siapa pun, termasuk anak-anak. Angka ini jauh lebih banyak dibanding tahun 2006, yakni hanya empat juta situs porno atau pada 2003 yang cuma satu juta situs porno.

Itu belum mengejutkan. Ada data lain menyebutkan bahwa setiap 39 menit, ada satu situs porno yang dibuat. Lalu, setiap satu detik, ada 28.258 orang yang berselancar di halaman situs porno. "Jadi memang tidak main-main perkembangannya," ujar Onno.

Perkembangan pornografi memang bukan hal baru. Boleh jadi, usianya sama tua dengan peradaban manusia di dunia. Banyak orang yang sudah mencoba mencari tahu sejak usia dini. "Sebab, seks memang enak untuk dilihat oleh siapa pun," ungkap Naek L. Tobing, psikiater, sex educator, dan sex counselor.

Lebih jauh Naek L. Tobing mengatakan, sifat keingintahuan dari manusialah yang membuat pornografi diminati. Tak heran bila banyak remaja yang sudah mulai melakukan aktivitas seksual atau mencari tahu soal seks. "Jujur, saya dari SMP sudah membacanya. Waktu dulu belum ada dalam bentuk video, seperti sekarang ini," lanjut Naek.

Kendati banyak yang suka, namun tak sedikit yang berpura-pura. Aktivis Yayasan Jurnal Perempuan Mariana Amiruddin mengatakan, saat ini banyak orang munafik menyikapi peredaran video porno mirip sejumlah artis. Di sisi lain mengecam, namun diam-diam mereka menonton juga.

Selain pendidikan agama sejak dini, Mariana berharap, pengetahuan soal seks juga mulai diberikan kepada anak-anak. Dengan begitu, mereka tidak lagi mencari tahu dari orang lain. Sebab, perilaku seks seseorang sangat berpengaruh dari kultur yang dijalani orang tersebut.

Lantas, bagaimana idealnya kita menyikapi video porno yang belakangan marak beredar? Atau bagaimana cara kita menutup akses agar pornografi tak lagi bisa dijangkau oleh anak-anak? Semuanya dibahas secara gamblang dalam Barometer edisi 16 Juni 2010 yang menghadirkan narasumber Onno W. Purbo, Naek L. Tobong, dan Mariana Amiruddin. 
sumber: Liputan6

Related Posts

No comments: