June 17, 2010

Panitia SNMPTN Terapkan Pengamanan Berlapis

| June 17, 2010
Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mengantisipasi keberadaan Joki melalui penerapan sistem anti-kecurangan berlapis. Seluruh penyiapan sistem pendeteksi kecurangan yang dikembangkan itu dibahas bersama para rektor.
            “Kami tidak mau mengumumkannya karena takut bocor kepada pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Ketua Umum Panitia SNMPTN 2010 Herry Suhardiyanto saat mendampingi Mendiknas Mohammad Nuh melakukan sidak ke tempat pelaksanaan ujian SNMPTN di SMAN 70 Jakarta, Rabu (16/6). Dalam sidak itu ikut pula Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri.

            Ia mengatakan, jumlah pengawas yang diterjunkan diyakini mampu mengawasi semua gerak gerik yang mencurigakan di ruang ujian. 

            Tahun ini, katanya, jumlah pengawas mencapai 44.000 orang yang terdiri atas para dosen, guru dan mahasiswa. Para pengawas juga harus mencocokkan foto peserta dengan data sebelum siswa masuk ruang ujian. Selain itu, dilakukan juga kerja sama dengan kepolisian.

            “Sedangkan untuk soal, kami bekerja sama dengan ITB, terutama di bagian penyeleksian dan jaminan mutu soal SNMPTN,” katanya. 

            Herry yang juga Rektor IPB itu menambahkan, sistem pendaftaran online juga menjadi jaminan dalam meminimalisasi potensi kecurangan dalam tes masuk SNMPTN yang diikuti 57 PTN itu. 

            “Rasio soal yang dibuat dengan yang dipakai sekitar 10 banding satu, dan itu dirasakan sudah ideal,” katanya. 

            Sementara itu Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri mengatakan, ada beberapa pelanggaran yang polanya sudah terdeteksi dan diantisipasi. Pertama adalah perusahaan bimbingan belajar yang mengaku dapat menjamin anak didiknya sukses lolos SNMPTN. “Mereka biasanya meminta uang dulu, dan kalau tidak lolos uang dikembalikan,” katanya.

            Pelanggaran kedua, katanya, banyak dilakukan oleh bimbingan belajar yang mengaku sudah punya kesepakatan dengan universitas sehingga proses masuk akan dipermudah.

            “Kami memperoleh informasi di Jakarta Barat ada 150 orangtua mengadu ke kepolisian dengan modus seperti itu,” kata Gumilar.

            Pelanggaran lain yang telah diantisipasi adalah adanya kelompok tertentu yang merasa mempunyai soal SNMPTN, lalu menyebarkan jawabannya melalui peralatan elektronik, misalnya telepon genggam, jam elektronik atau earphone.

            “Tugas pengawas untuk mengawasi itu, kemudian tas bawaan siswa juga harus disimpan di depan kelas,” katanya.

            Sedangkan pemakaian Joki secara konvensional telah diantisipasi dengan scanning foto dan dalam proses pendaftaran online. 

            “Jika ada mahasiswa kami yang tertangkap basah menjadi Joki akan dikeluarkan karena itu termasuk pelanggaran berat,” katanya.

            Gumilar menambahkan, kuota SNMPTN di UI sebanyak 30 persen, dan kuota dari SNMPTN memang lebih besar, apalagi siswa dari jalur Penerimaan Mandiri sebelumnya juga boleh ikut lagi SNMPTN.

            Ia juga menambahkan, jalur mandiri yang diterapkan UI adalah Program Penelusuran Kemampuan dan Bakat (PPKB), yaitu menerima sebanyak 900 siswa yang berperingkat satu dan dia di sekolahnya, kemudian Seleksi Masuk UI (Simak) sebesar 40 persen, dan Ujian Masuk Bersama (UMB).
sumber: kominfo

Related Posts

No comments: